Search This Blog

Saturday, October 15, 2005

Kepompong Ramadhan

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
Semua amal anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali shaum.
Maka sesungguhnya shaum itu semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya (Hr. Bukhari Muslim).
Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat burlu
memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup
seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami
fase dimana ia harus masulk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah
itu ia pun akan keluar dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor
kupu-kupu yang sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak
menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang beraneka hiasan indah alami?
Sebagian orang bahkan mungkin mencari dan kemudian mengoleksinya bagi
sebagai hobi (hiasan) ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah. Menandakan
betapa teramat mudahnya bagi Allah Azza wa Jalla, mengubah segala sesuatu
dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang
indah dan membuat orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui
suatu proses perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh
Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam (sunnatullah) maupun
berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al
Hadits.
Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan
manusia, maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh
lebih indah, momen yang paling tepat untuk terlahir kemabli adalah ketika
memasuki Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam 'kepompong' Ramadhan, lalu
segala aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari
Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang
berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.
Inti dari badah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat
menguasai hawa nafsu. Allah SWT berfirman, "Dan adapun orang-orang yang
takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at
[79] : 40 - 41).
Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu.
Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut
membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih
itu? Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu
kita. Akan tetapi memang itulah tugas syetan. apalagi seperti halnya hawa
nafsu, syetan pun memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni
kedua-duanya sama-sama tak terlihat. "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh
yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya
mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala,"
demikian firman Allah dalam QS. Al Fathir [25] : 6).
Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan ini Allah mengikat
erat syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa
melatih diri mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini
tidak boleh kita sia-siakan. Ibadah shaum kita harus ditingkatkan. Tidak
hanya shaum atau menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja akan
tetapi juga semua anggota badan kita lainnya agar mau melaksanakan amalan
yang disukai Allah. Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika
syetan dipelas kembali, mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan
demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang
berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Hal
lain yang paling utama harus kita jaga juga dalam bulan yang sarat dengan
berkah ini adalah akhlak. Barang siapa membaguskan akhlaknya pada bulan
Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia tatkala melewati shirah di mana
banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda Rasulullah SAW.
Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan
rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya
dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita
dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya.
Salah satunya yakni dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak
hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh
anggota tubuh kita ikut shaum.
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu
Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir
yang dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan.
Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-Nya
sehingga setelah 'kepompong' Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada
ke-fitri-an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang
keluar menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona, amiin.***

No comments: