Search This Blog

Friday, July 09, 2004

BAB "NGADAT" AKIBAT MAKANAN PADAT

BAB "NGADAT" AKIBAT MAKANAN PADAT
Tenang saja, gejala masa peralihan ini tidak akan berlangsung lama, kecuali ada penyakit tertentu yang diderita bayi.

Perasaan bingung dan cemas pasti muncul jika pola buang air besar bayi kita mengalami perubahan. Biasanya, hal ini terjadi begitu ia mulai mendapat makanan padat pertama di usia 4 bulan. Mengapa bisa demikian?


Menurut dr. Moerdiarto, SpA dari RS Fatmawati Jakarta, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kesulitan BAB pada bayi. Bila terjadinya di awal ketika ia mulai mendapatkan makanan padat, faktor-faktor penyebabnya antara lain:


* Sistem percernaan belum sempurna


Biasanya sulit BAB ini terjadi karena sistem pencernaan bayi di usia 4 bulan belum sempurna. Terutama karena enzim pencernaannya masih kurang sehingga bayi belum bisa mencerna makanan padat dengan baik. Bukankah selama ini makanan yang diterimanya berbentuk cair sehingga mudah dicerna?


Bila faktor enzim pencernaan ini yang jadi penyebab, biasanya seiring dengan pertambahan usia, maka kondisi pencernaan bayi akan membaik. Apalagi biasanya dokter membantu dengan memberikan obat-obatan yang dapat meningkatkan produksi enzim pencernaan.


Sesudah usianya memasuki 6 bulan atau 2 bulan setelah bayi dibiasakan makan makanan padat, konstipasi atau sembelit akan semakin jarang terjadi. Penyebabnya, di usia ini kerja sistem lipase dan laktase untuk enzim-enzim pencerna protein dan lemak sudah sempurna. Kalaupun terjadi, lebih karena pola makan atau jenis makanannya yang kurang sesuai.


* Faktor makanan


Di usia mulai makan makanan padat atau 4 bulan, bayi dianjurkan mendapat asupan buah-buahan yang diolah menjadi cair atau halus. Umumnya buah-buahan yang diberikan adalah pisang, pepaya, jeruk dan tomat. Bisa saja, buah-buahan yang mengandung banyak serat menyebabkan anak mengalami sulit BAB. Kalau benar terjadi, sebaiknya hindari pisang yang kaya serat. Begitu pula apel yang kadar seratnya tinggi dan banyak menyerap air dalam saluran cerna sehingga dapat menyebabkan kotoran mengeras. Apel banyak dianjurkan saat anak menderita diare, agar kotorannya menjadi keras.


Bila makanannya sudah diseleksi tapi bayi masih sulit BAB sampai hari kelima, maka bawalah segera ia ke dokter. Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan dari golongan jenis tertentu, terutama untuk pelancar BAB. Obat tersebut akan melicinkan jalan kotoran dari bagian atas usus ke bawah atau ke usus besar. Pemberian obat tersebut di usia bayi boleh dilakukan, selama kerja obatnya hanya melicinkan, bukan merangsang kerja usus secara peristaltik.


* Faktor susu


Seperti kita tahu, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Bayi yang mendapatkan ASI cenderung memiliki feses yang lembek. Ini karena ASI memiliki kandungan lemak dan protein yang fisiologis. Sedangkan susu formula ada yang kandungan lemaknya terlalu tinggi dan proteinnya terlalu rendah. Selain itu, perbandingan kandungan kalsium dan fosfornya kadang terlalu tinggi, tidak seperti pada ASI, sehingga air dalam fesesnya terserap dinding-dinding usus dan menjadi keras. Bayi pun jadi sulit BAB. Nah, sering bukan, setelah memasuki usia 4 bulan ASI eksklusif diganti ataupun dicampur dengan susu formula sebagai tambahan.


Bila dicurigai susah BAB ini disebabkan konsumsi susu formula, maka gantilah susunya, sambil sementara itu dilakukan pemeriksaan feses di laboratorium. Gunanya untuk mengetahui apakah sembelit itu dipengaruhi gangguan pencernaan ataukah karena susunya tidak cocok.


Umumnya, susu hewani lebih memicu gangguan pencernaan dibanding yang berasal dari nabati. Susu nabati mempunyai susunan asam lemak tak jenuh yang lebih panjang, sehingga mudah dicerna. Jadi jarang sekali menyebabkan sembelit atau konstipasi.


* Kurang cairan


Bayi usia 4 bulan biasanya setiap 3 jam minum ASI atau susu formula sekitar 150-200 cc. Untuk membantu melarutkannya dalam proses pencernaan, sebaiknya setiap kali hendak minum susu bayi diberi minum air putih. Pemberiannya tergantung kebutuhan, sehari bisa sebanyak 50-60 cc. Sekali pemberian misalnya 2 sendok teh atau 10 cc. Pemberian sebaiknya dilakukan sebelum minum susu. Kalau sesudah, bisa jadi air putih itu ditolaknya lantaran kenyang. Ingat, susu merupakan kumpulan dari zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein dan mineral.



SULIT BAB SEJAK AWAL

Menurut Moerdiarto, konstipasi di masa transisi pemberian makanan padat bisa dibedakan penyebabnya. Bila karena suatu penyakit atau kelainan, maka kesulitan BAB itu berawal sejak ia lahir atau 2-3 bulan sebelum pengenalan makanan padat. Kelainan itu terlihat pula secara fisik. Inilah beberapa di antaranya:


* Kelainan Hirschprung


Kelainan ini terjadi pada persarafan usus besar paling bawah. Secara anatomis, harusnya saluran pencernaan itu mampu melakukan pergerakan usus yang disebut gerakan peristaltik. Gerakan otomatis ini dipengaruhi sistem saraf parasimpatis yang berlangsung dari bagian atas usus ke bagian bawah.


Pada kelainan hirschsprung, di bagian bawah kolon atau usus besar tidak terdapat persarafan yang dapat menggerakkan usus, sehingga salurannya menjadi sempit. Akibatnya, kotoran tak bisa lewat dan bayi tak bisa BAB. Tumpukan kotoran akhirnya menyumbat usus di bagian bawah. Di situ akan timbul pembusukan yang bila dibiarkan akan menjadi tempat perkembangbiakan kuman, dan menimbulkan infeksi berupa radang usus.


Untuk itu perlu dilakukan koreksi dengan jalan operasi. Bagian usus yang tak ada persarafannya harus dibuang dan dibuatlah lubang di dinding perut (kolostomi), sesuai lokasi kerusakan usus. Gunanya untuk mengeluarkan feses. Nanti kalau ususnya sudah cukup panjang, bayi akan dioperasi lagi untuk menurunkan dan menyambungkannya langsung ke anus.


Sebetulnya, kelainan bawaan ini bisa diketahui sejak dini, yaitu bila bayi baru lahir tidak mengeluarkan mekonium atau tidak BAB dalam waktu 48 jam pertama. Sementara hampir semua bayi normal, dalam waktu 24 jam sudah mengeluarkan mekonium. Hirschsprung bisa diketahui secara persis antara lain dengan pemeriksaan foto abdomen.


* Kelainan hipotiroid


Kelainan ini muncul apabila produksi kelenjar gondok kurang atau mungkin tidak sama sekali untuk menghasilkan hormon tiroid. Hipotiroid akan menyebabkan gangguan pencernaan, yang salah satunya berupa kesulitan BAB. Gejala fisik lainnya bisa dilihat dari pusar yang bodong, kulit yang kasar dan kering, otot-otot tubuh yang lemah, loyo, serta wajah yang khas seperti hidung pesek dan wajah membengkak. Bila tampak gejala seperti itu, maka mesti diperiksa berapa kadar tiroidnya di laboratorium.


Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian hormon tiroksin. Dosisnya tergantung usia. Hormon ini sangat mempengaruhi metabolisme tubuh, gerakan di usus pencernaan dan sebagainya, sehingga usus dapat berjalan normal kembali.

Dedeh Kurniasih. Ilustrator: Pugoeh

No comments: