Search This Blog

Thursday, June 10, 2004

BAYI "MENGANDUNG" JANIN, BUKAN TAK MUNGKIN

BAYI "MENGANDUNG" JANIN, BUKAN TAK MUNGKIN



Kasus bayi mengandung diduga berawal dari kehamilan kembar dengan monozigot (berasal dari satu telur). Namun gangguan pada saat pembelahan sel membuat salah satu janin "kalah" yang akhirnya terperangkap di janin kembarannya.


Belum lama ini kasus bayi yang mengandung menghebohkan warga Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Di perut Rifa Ruwaidah yang usianya baru 8 bulan terdapat janin yang usianya diperkirakan 7 bulan (usia kandungan). Peristiwa ini diawali dengan mengeras dan membuncitnya perut sebelah kiri Rifa. Tumiyem (26) dan Waliman (30), orang tua Rifa, membawanya ke bidan desa karena Rifa mengalami diare yang tak kunjung sembuh. Merasa ada hal yang serius, Rifa segera dirujuk ke RS Tegalyoso, Klaten. Indikasi yang ditemukan, Rifa terserang tumor dan harus dibawa ke Klinik Dr. Rohadi yang biasa merawat penderita tumor. Setelah sempat berobat jalan hingga beberapa minggu akhirnya Rifa harus dirawat inap setelah mengalami panas tinggi.


Untuk pemeriksaan lebih mendalam, Rifa dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito. Tim dokter yang dipimpin oleh dr. Rohadi, spesialis bedah, mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Rifa. Sungguh tak diduga, setelah menjalani scanning, ternyata gumpalan daging yang diindikasikan tumor adalah janin hidup yang memiliki jaringan dan memiliki tulang melintang seperti halnya tulang punggung. Scanning ulang pun segera dilakukan. Hasil tetap sama; gumpalan tersebut memang benar-benar janin. Tim dokter pun segera melakukan operasi pengangkatan janin yang sudah memiliki kepala, rambut, bakal kaki, bakal tangan, plasenta, dan lainnya yang beratnya hampir 1 kg.


Janin yang masih hidup tersebut diperkirakan memperoleh suplai nutrisi melalui jaringan tubuh Rifa yang saat itu memiliki nafsu makan yang sangat besar. Keputusan untuk mengangkat janin tersebut diambil karena keberadaannya sudah menjadi parasit yang menggerogoti nutrisi dalam tubuh Rifa.


Kasus tersebut cukup menarik untuk dibahas. Berikut beberapa tanya jawab dengan ahli fertilitas dari Klinik Morula, RS Bunda, Jakarta, dr. Indra Anwar, Sp.OG., yang mencoba menjelaskan kejadian unik tersebut dari segi medis.


Kenapa bayi sampai dapat "mengandung" seperti kasus di Klaten tersebut?


Kasus bayi "mengandung" janin seperti di atas sangat jarang terjadi. Bahkan kasus tersebut belum pernah terjadi di Indonesia sebelumnya. Hingga saat ini pun, istilah kedokteran untuk kasus seperti itu belum dapat ditemukan karena belum ada penelitian tentangnya. Dugaan sementara, kasus tersebut terjadi karena ibu sebenarnya mengandung janin kembar monozigot yang proses pemisahannya tidak sempurna. Tetapi mungkin juga hal ini merupakan suatu teratoma yang tumbuh pada indung telur janin tersebut. Teratoma adalah suatu jenis tumor pada indung telur di mana dapat tumbuh menjadi janin (terdapat rambut, gigi, tulang, dan lain-lain).




Apa yang dimaksud dengan monozigot?


Kembar monozigot adalah kembar yang berasal dari satu telur yang pada tahap tertentu kemudian mengalami pemisahan sehingga masing-masing berkembang menjadi dua individu yang berbeda. Bila pemisahannya sempurna pada tahap sangat dini maka janin akan memiliki ari-ari sendiri, kantung ketuban (amnion) sendiri, atau dapat juga ari-arinya terpisah namun kantung ketubannya satu. Tetapi kalau tidak sempurna atau pemisahannya baru terjadi pada tahap yang lebih lanjut, bukan saja kantungnya satu tapi proses pemisahan selnya bisa tidak sempurna sehingga terjadi kembar dempet (kembar siam).


Bagaimana proses lebih detail tentang kehamilan kembar?



Terdapat dua jenis kehamilan kembar yaitu kembar dizigot yang berasal dari 2 telur 2 sperma dan kembar monozigot yang berasal dari 1 telur 1 sperma. Pada kehamilan normal, setelah terjadinya fertilisasi (pembuahan sel telur oleh sperma) di saluran telur, maka hasil konsepsi tersebut akan mulai membelah menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, dan seterusnya sehingga terbentuk morula (fase pembelahan sel yang sama), kemudian blastula (fase terjadinya diferensiasi sel). Pada fase ini embrio akan tertanam di dinding rahim (implantasi). Selanjutnya ada fase gastula (pembentukan organ) dan fase neurula (fase pembentukan sistem syaraf). Pada fase blastula mulai terjadi diferensiasi sel ke arah pembentukan lapisan luar tubuh seperti kulit, rambut yang disebut ektoderm. Juga ada yang membentuk lapisan dalam tubuh seperti usus, lambung, hati, paru, dan sebagainya, yang disebut entoderm. Kemudian sebagian yang lainnya akan membentuk lapisan tengah tubuh seperti otot, pembuluh darah, yang disebut mesoderm.


Sederhananya pada kembar monozigotik, jika segmentasi (pemisahan sel) terjadi pada fase morula, besar kemungkinan akan terjadi kehamilan kembar yang memiliki 2 amnion, 2 korion (selaput paling luar yang melindungi janin disebut dengan kantung janin), dan 2 janin yang terpisah. Sedangkan jika segmentasi terjadi setelah fase blastula, kehamilan biasanya akan memiliki 1 amnion dan 2 korion. Mungkin kasus terjebaknya janin di dalam janin terjadi pada fase blastula. Khususnya pada janin yang hanya memiliki satu amnion.


Bagaimana proses janin masuk ke dalam janin?


Bila salah satu janin pertumbuhannya sangat lambat sedangkan yang satunya jauh lebih cepat, kemungkinan janin yang pertumbuhannya lebih cepat akan jauh lebih besar ketimbang janin yang pertumbuhannya lambat. Lama-lama 'si lambat" akan terperangkap oleh pertumbuhan janin kembarannya tadi.


Namun perlu diingat, ini hanya berupa dugaan yang belum didukung oleh data penelitian. Gangguan segmentasi pada fase ini tidak dapat dipastikan apakah akan membuat salah satu janin kembar terjebak di dalam tubuh kembarannya atau terjadi kembar siam.


Mengapa ada janin yang pertumbuhannya cepat dan ada yang lambat?


Pada janin kembar dapat terjadi apa yang disebut suatu diskordan, misalnya terjadi perbedaan pertumbuhan fisik. Hal ini karena antara janin yang satu dengan janin kembarannya "bertarung" untuk memperebutkan makanan. Kalau keduanya bisa bertahan maka keduanya bisa berkembang sama besar dan sama kuat. Namun terkadang, salah satu janin kalah "bersaing" sehingga pertumbuhannya lambat. Ketika lahir, berat badannya pun jauh lebih rendah dari kembarannya. Bahkan ada janin yang mati di dalam kandungan akibat kalah bersaing. "Bila persaingannya sudah terjadi sejak masa awal pembelahan sel, lalu salah satu janin kalah, mungkin hal inilah yang membuat si kalah terperangkap di dalam janin kembarannya," duga Indra. Hal ini terutama dapat terjadi pada kembar dengan satu amnion.
Mengapa janin yang kalah pada kasus tersebut tidak mati?

Memang umumnya janin yang kalah telak dalam "bersaing" akan mati sejak di dalam kandungan karena nutrisi yang didapatkannya sangatlah kurang. Jadi kasus yang terjadi di Klaten memang cukup aneh, mengingat janin masih hidup meski terperangkap di dalam tubuh janin kembarannya. Hal ini harus diteliti lebih dalam sebelum menyimpulkannya apakah benar

janin tersebut masih hidup dalam pengertian sebenarnya?

Kalau dibilang janin yang dalam tubuh Rifa mendapat nutrisi darinya, mungkin saja. Namun hal ini akan membahayakan Rifa sendiri karena dia seperti mendapat parasit yang terus-menerus menggerogoti tubuhnya. Belum lagi dampak lain yang dapat terjadi. Bisa saja akibat beban yang bertambah, Rifa kemudian menderita gangguan jantung, hati, ginjal, atau yang lainnya. Namun, kesimpulan ini harus terlebih dulu diklarifikasi ke RS Sardjito, Yogyakarta, terutama ke dokter yang memeriksanya secara langsung.


Kapan tepatnya kejadian masuknya janin ke dalam janin tersebut?


Kemungkinan masuknya janin ke dalam janin karena adanya gangguan segmentasi pada fase primitive strike. Kira-kira di usia kehamilan 4-5 minggu. Fase primitive strike adalah fase yang masih sangat awal dalam pertumbuhan janin. Pada saat itu tidak ada yang bisa tahu, sel mana yang bakal tumbuh menjadi kepala, kaki, atau anggota tubuh lainnya.


Fase primitive strike ditandai dengan menempelnya hasil konsepsi ke dinding rahim. Bibit janin tersebut masih berupa tonjolan-tonjolan saja. Gangguan pada fase segmentasi ini biasanya akan menimbulkan kecacatan fisik atau dempetnya bagian tubuh tertentu. Ketidaksempurnaan inilah yang menyebabkan proses pemisahan dua janin tidak berlangsung sempurna.

Apakah kasus tersebut sebenarnya bisa dideteksi dini?


Pemeriksaan USG sebenarnya dapat mendeteksi adanya janin di dalam janin. Jadi sebenarnya keadaan itu sudah bisa terlihat saat ibu mengandung karena saat di-USG semua organ janin dapat terlihat, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, dan sebagainya. Namun, dugaan yang muncul mungkin bukan langsung menyimpulkan ada janin di dalam janin, melainkan tumor atau kelainan lain. Ya, seperti yang dikatakan tadi, kasus seperti ini sangat jarang terjadi.



DUGAAN PENYEBAB KELAINAN



Secara medis penyebab utama kasus janin dalam janin sampai saat ini belum bisa ditemukan, tapi secara umum Indra menyebutkan beberapa hal yang diduga bisa mengakibatkan beberapa kelainan janin, termasuk masuknya janin dalam janin ini.



* Obat-obatan


Di awal pertumbuhannya janin sangat rentan terhadap pengaruh obat-obatan. Sementara pada permulaan kehamilan, ibu malah kerap mengeluh pusing, mual atau demam dan minum obat-obatan yang belum tentu aman bagi kehamilan. Oleh karena itu, ibu harus bijak dalam mengonsumsi segala obat-obatan, termasuk obat-obatan yang dijual bebas.


* Penyakit


Penyakit yang dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh, seperti hipotiroid (kekurangan hormon tiroid), diduga bisa mengganggu proses pemisahan sel bakal janin. Sayangnya, semua ini masih berupa dugaan dan belum diketahui bagaimana penyakit itu mempengaruhi terjadinya proses segmentasi.


* Zat Kimia


Yang dimaksud zat kimia di sini adalah segala zat kimia yang bisa ditemukan di lingkungan sekitar, seperti zat kimia yang terkandung dalam obat-obatan, alat kebersihan, jamu, atau pada makanan sehari-hari, seperti bakso, siomay atau makanan dalam kemasan. Zat kimia diduga punya kans untuk mengganggu proses segmentasi. Namun, belum ada data yang dapat menjelaskan proses bagaimana zat kimia tersebut dapat membahayakan janin dan seberapa fatal pengaruhnya pada janin.


* Polusi


Polusi udara dari asap kendaraan bermotor, terutama di perkotaan, sudah sangat tinggi. Asap yang merupakan hasil pembakaran mesin banyak mengandung karbon monoksida atau timbal yang sangat berbahaya bagi kesehatan, termasuk kesehatan ibu dan janin. Hingga sekarang, data penelitian tentang proses dan dampak yang ditimbulkan polusi tersebut pun belum didapat secara pasti.

<
* Narkoba


Dugaan terbesar atas hal apa yang berperan menimbulkan kecacatan, baik fisik maupun mental janin, adalah penggunaan narkoba selama kehamilan. Gangguan yang bisa terjadi antara lain kelainan jantung, paru-paru, darah, dan lainnya.


Menurut Indra, meskipun semuanya masih berupa dugaan, tak ada salahnya ibu menghindari hal-hal tersebut selama kehamilan, terutama pada fase primitif. Yang dimaksud fase primitif di sini adalah masa dari fase morula hingga fase blastula, yaitu sekitar 4-5 minggu setelah pembuahaan.


Fokus perhatian terhadap gangguan pertumbuhan janin umumnya ada pada tahap ini, dimana sedang terjadi proses awal pembentukan organ-organ penting tubuh seperti mulut, telinga, tangan, mata, serta organ tubuh lainnya. Bila gangguan terjadi saat tahap penyambungan langit-langit, umpamanya, maka bibirnya akan sumbing.


Ironisnya, justru di awal kehamilan inilah ibu sering tidak menyadari bahwa dirinya hamil. Alhasil, ibu tetap makan sembarangan dan kerap mengonsumsi obat-obatan yang sebenarnya membahayakan kehamilan. Kalau kejadiannya sudah seperti itu, ibu sebaiknya mengejar ketertinggalan gizinya dengan banyak mengonsumsi makanan yang terjamin gizinya. Aturlah porsinya supaya tidak kurang dan juga tidak kelebihan. Kecukupan protein, kalori, vitamin, dan gizi pada ibu hamil tentu sangat baik untuk perkembangan janin dan juga bagi ibu sendiri.


Lakukan kontrol teratur ke dokter kandungan agar bila di dalam kehamilan tersebut terjadi hal-hal yang mencurigakan bisa segera terdeteksi. Misalnya bila terjadi perdarahan karena rahim lemah, dokter bisa memberikan obat penguat rahim. Kalau ada kelainan lain, baik pada ibu maupun janin, langkah antisipatif pun bisa segera dilakukan.

Irfan Hasuki. Ilustrator: Pugoeh



No comments: