Search This Blog

Sunday, June 13, 2004

BELAJAR MATEMATIKA, YUK SAYANG!

Kalau mau punya anak yang tak gentar pada matematika, kenalkan konsepnya sejak masih bayi.


Kalau matematika dipandang sebatas angka dan hitung-hitungan, ya kesan njelimet-lah yang akan muncul. Masak, sih, bayi sudah bisa diajari dua tambah dua sama dengan berapa? Yang benar saja. Tapi nanti dulu, kalau matematika dipahami sebagai konsep logika, tentu orang tua boleh percaya kalau bayinya sudah bisa dikenalkan pada matematika.


Lagi pula tidak tepat jika orang tua meremehkan kemampuan bayi. Jangan lupa, sel-sel otak di masa ini tengah mengalami perkembangan yang pesat. Pada saat yang sama, si kecil sebenarnya juga mulai mengasah kemampuannya untuk belajar tentang berbagai hal, termasuk matematika.


Bahkan berbagai penelitian membuktikan stimulasi pada usia dini sangat efektif. Para ilmuwan percaya, jumlah memori yang terpatri pada bayi (akibat stimulasi yang didapatnya) akan mempengaruhi daya kreativitasnya kelak. Tak heran jika seorang pakar pendidikan dari Jepang berpendapat, pendidikan yang baru dimulai di TK sebenarnya sudah terlambat.


Dengan kata lain, seperti yang diutarakan Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl-Psych., memperkenalkan konsep matematika sejak bayi dapat mengasah kecerdasannya. "Apa yang dia peroleh, sangat berdampak terhadap perkembangan intelegensinya. Kalau sudah terlambat justru akan sulit mengejarnya. Oleh karena itulah orang tua mesti jadi guru di rumah," ujarnya.


Tentu saja, ketika menerapkan "belajar" matematika, bukan hal abstrak yang dikemukakan. Bukankah bayi belum memiliki kemampuan berpikir secara abstrak? Konsep yang bisa dikenalkan, tutur Utami, adalah bentuk-bentuk geometris, seperti lingkaran, bujur sangkar, dan segitiga. Yang juga tak boleh dilupakan, pembelajaran ini harus menarik dan menyenangkan agar si kecil tertarik. Jadi, apalagi kalau bukan dengan bermain. Bayi pasti senang melihat dan memegang mainan-mainan yang memiliki bentuk-bentuk dasar seperti segiempat, lingkaran dan segitiga yang berwarna-warni. Bola atau balon berwarna cerah juga bisa dipakai.


Sependapat dengan Utami, Nasrullah Idris menandaskan, bahwa bayi sesungguhnya punya kesempatan untuk memperkaya pengetahuan dalam bidang matematika. "Tinggal metodenya yang harus disesuaikan dengan kemampuan si bayi," papar konsultan Lembaga Reformasi Sains Matematika Teknologi di Bandung.
Menurutnya, esensi matematika sendiri adalah persamaan dan perbedaan, yaitu adanya perubahan dari suatu kondisi ke kondisi lain. Ketika mata bayi sudah berfungsi penuh sekitar usia 2 bulanan, maka proses pengenalan matematika sebenarnya sedang berlangsung. Benda-benda yang ditangkap oleh matanya pasti berkaitan dengan ukuran dan satuan. Contoh sederhananya, saat ia melihat bola yang disodorkan, ia akan melihat sebuah benda bulat berjumlah satu buah.


Sayangnya, orang tua luput memperhatikan hal ini. Seperti yang dikatakan Nasrullah, "Orang tua sebenarnya secara tak sengaja sudah memperkenalkan benda-benda dengan berbagai bentuk, yang seharusnya dapat meningkatkan wawasan matematika bayinya. Namun, mengingat matematika cenderung dianggap sebagai konsumsi di usia sekolah, apa yang orang tua lakukan seolah-olah tak berkaitan dengan matematika."


Ayah-ibu perlu tahu, pengenalan konsep matematika sejak dini kelak akan memudahkan anak dalam memahami konsep abstrak yang lebih luas. Umpamanya, ia dengan mudah bisa membedakan bentuk, membedakan warna, juga melakukan penjumlahan dan pengurangan.


Nasrullah menambahkan, pengenalan konsep matematika sejak bayi akan membantu memperkuat intelektual anak setelah duduk di bangku sekolah. Terbukti, kemampuan menyerap pengajaran matematika pada siswa kelas 1 SD tidak hanya tergantung pada tingkat kecerdasannya, tapi juga pengalaman era prasekolahnya.



METODE MEMPERKENALKAN MATEMATIKA


Lalu, bagaimana metode memperkenalkan matematika pada bayi? Yang pasti, seperti yang sudah disinggung tadi, gunakan benda-benda atau mainan yang berbentuk seperti lingkaran, bola, segitiga, bujur sangkar, persegi panjang, kubus, balok, limas, dan silinder. Alangkah baiknya jika benda-benda itu memiliki aneka warna serta dapat mengeluarkan bunyi-bunyian. Jadi selain dapat melihat dan meraba bentuknya, benda-benda tadi juga bisa digunakan untuk menstimulasi indra pendengaran si kecil.



Berikut metode memperkenalkan matematika seperti dituturkan Utami dan Idris.


1. Mengenal Bentuk


* Awalnya, kenalkan bentuk lingkaran dengan ukuran dan warna yang sama. Katakan pada si kecil, "Ini namanya lingkaran. Warnanya merah."


* Kemudian, kenalkan bentuk lingkaran berukuran sama dengan warna lain. Misalnya, lingkaran biru dan lingkaran merah agar ia dapat belajar mengenal bentuk sekaligus warna.


* Kalau bayi sudah terbiasa melihat bentuk lingkaran, lakukan metode yang sama untuk bentuk-bentuk lainnya, seperti bujur sangkar, segitiga, atau persegi panjang. Kemudian, kenalkan dengan warna yang berbeda-beda.

* Lalu bisa diteruskan dengan menampilkan dua bentuk, misalnya lingkaran dan bujur sangkar. Ukuran dan warnanya bebas.


* Lakukan sambil bermain secara berulang-ulang. Dengan begitu, diharapkan si kecil dapat mengingatnya. Namun jangan terlalu sering karena bisa-bisa ia jadi bosan.


2. Mengenal Hitungan/Satuan


* Untuk mengenalkan konsep penjumlahan, ambil beberapa mainan berbentuk lingkaran dengan ukuran yang sama. Lalu, perlihatkan satu persatu sambil mengucapkan, "Ini lingkaran satu. Ini lingkaran dua. Ini lingkaran tiga."


* Untuk konsep pengurangan, contohnya, setelah semua lingkaran tadi terkumpul di depan si kecil, ambil satu persatu, sambil berkata, "lingkaran diambil satu." Lalu ambil satu lingkaran. "Lingkaran diambil dua." Kemudian ambil dua lingkaran.


* Yang pasti, ketika menyebutkan kata "satu", tunjukkan benda yang jumlahnya satu. Bayi akan mengingat jumlah benda yang sering dilihatnya. Bayi pun akan melihat "kejanggalan" saat lingkaran-lingkaran tadi dikurangi atau ditambah. Hal ini membuatnya semakin memahami hakikat "bertambah" dan "berkurang".


* Kenalkan bentuk lain dengan menerapkan metode yang sama. Teruskan pula dengan menampilkan dua bentuk, misalnya lingkaran dan kubus. "Ini lingkaran satu. Ini kubus dua." Selanjutnya tiga bentuk dan seterusnya.


3. Mengenal Ukuran


* Untuk mengenalkan konsep besar/kecil, kenalkan bentuk yang sama dengan ukuran berbeda. Sebutkan dan tunjukkan, "Ini segitiga kecil. Yang ini segitiga besar."


* Ganti dengan bentuk lain dengan warna yang lain pula. Tetap lakukan secara berulang supaya anak mudah menangkap makna besar dan kecil dari objek-objek yang diperlihatkan padanya. "Ini persegiempat kecil. Ini persegiempat besar."


* Lalu perkenalkan 2 bentuk yang juga berbeda ukuran. Misalnya, segitiga dengan kubus. "Ini segitiga kecil. Ini kubus besar". Dengan begitu, bayi benar-benar paham "gabungan" dan "pisahan" bisa dilakukan dengan benda apa saja. Terutama setelah bentuk-bentuk lainnya diperagakan.


4. Metode Mendongeng/Bercerita


* Metode mendongeng/bercerita juga bisa diselipkan dalam mengenalkan konsep matematika, seperti saat mengenalkan hitungan atau bentuk. Cerita mengenai induk ayam yang tengah bertelur, misalnya. Bisa diselipkan tentang jumlah telurnya yang mencapai tiga buah dan berbentuk bulat. Jika sering dilakukan, bayi akan mengasosiasikan suatu kata dengan suatu arti tertentu. Jadi orang tua harus bisa kreatif mengarang sendiri cerita lalu mengaitkan dengan bentuk konsep matematika seperti lingkaran, segitiga dan sebagainya.


* Saat bercerita usahakan menunjukkan ekspresi dan nada suara yang gembira sehingga anak pun merasa senang.


5. Metode Pengenalan Lingkungan


* Mengenalkan konsep matematika tak melulu harus menggunakan mainan. Bisa juga dengan buah yang berbentuk bulat dari pohon yang ada di pekarangan rumah, misalnya. Atau bisa juga memanfaatkan benda/perkakas yang ada di rumah, misalnya kotak perhiasaan ibu yang berbentuk kubus, atau piring makan yang berbentuk bundar. Segala sesuatu yang mengasosiasi pada konsep matematika hendaknya dimanfaatkan.


* Yang perlu diperhatikan, hindari memperlihatkan benda yang terlalu besar, umpamanya 2 lemari pakaian. Anak akan mengalami kesulitan karena matanya belum sanggup menangkap beberapa objek yang besar sekaligus. Bisa-bisa ia memandangnya sebagai satu benda saja.


YANG PERLU DIPERHATIKAN


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak memperkenalkan konsep matematika pada bayi, yaitu:


* Orang tua harus telaten dan sabar. Lakukanlah dengan cara bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain.

* Perhatikan kondisi si kecil. Lihat apakah ia sedang rewel atau tidak. Waktu yang tepat untuk belajar adalah saat dia tengah relaks agar proses pengenalan berjalan lancar. Ciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan di sekeliling bayi.


* Bila ia tiba-tiba rewel, hentikan segera "pelajaran". Ikuti dulu kemauannya. Apakah mau digendong, tidur, atau menyusu. Intinya ketahui dengan baik, kapan si kecil dalam kondisi prima sehingga dapat gembira saat menerima "pelajaran".


* Perhatikan keamanan. Jangan sampai alat peraga yang digunakan menimpa tubuh, apalagi muka si kecil. Karena kalau sudah begitu, bayi bisa trauma lalu kapok untuk "belajar" kembali.


* Semakin sering proses pengenalan matematika ini dilakukan, makin optimal stimulasi yang didapat si kecil.



Hilman Hilmansyah. Foto: Dok. nakita



No comments: