Search This Blog

Sunday, June 20, 2004

tubuh kebal karena belajar

Setiap tubuh manusia dibekali sistem kekebalan. Semakin banyak kenal bibit penyakit, cara kerjanya semakin canggih.


"Makanya Bu, anak jangan terlalu bersih nanti malah jadi sering sakit-sakitan," nasehat Ibu Farhan kepada Ibu Dewi. Anak Ibu Dewi yang bernama Fandy memang kerap sakit. Padahal Ibu Dewi sangat berhati-hati menjaga kondisinya. Ia tidak boleh jajan sembarangan, tidak boleh main di tempat kotor, bahkan kalau ada teman sekolah Fandy yang sedang batuk-pilek, Ibu Dewi memilih anaknya belajar di rumah. "Lo, daripada ketularan. Kan, repot!" ujar Ibu Dewi.


Kasus ini menarik untuk dibahas, terutama pernyataan Ibu Farhan bahwa anak yang terlalu bersih malah gampang sakit-sakitan. Betulkah pendapat itu? Menurut dr. Purnamawati Sujud Pujiarto, Sp.A(K). MMPaed., penelitian memang membuktikan anak yang terlalu dijaga kebersihannya cenderung memiliki sistem kekebalan (imunitas) yang lemah. Ini berkaitan dengan cara kerja sistem imunitas yang, menurut Wati, berdasarkan "memori". Saat mendapati kuman tertentu, sistem kekebalan akan menyimpan datanya. Kala bertemu lagi dengan kuman yang sama, sistem ini dapat langsung mendeteksi dan membuat benteng pertahanan.

Nah, kesterilan akan membuat sistem kekebalan seolah-olah tak pernah "belajar" mengenali kuman. Sekalinya bertemu, akan kebingungan. Tak heran, serangan kuman yang sedikit saja tak mampu dibendung.


Namun, Wati buru-buru menambahkan, bukan berarti anak yang sering main kotor-kotoran akan lebih sehat. Jelas tidak. Hanya saja sistem kekebalan tubuh yang dimilikinya lebih "canggih" dalam mendeteksi kuman karena sudah "sering" bertemu. Mungkin saja karena ketidaksterilan itu anak jadi sakit. Namun jangan lupa, sakit juga melatih badan dan sistem kekebalan untuk mengenali kuman yang pernah datang sehingga bisa dilawan dengan efisien. "Jadi tak perlu terlalu melarang anak kalau ia mau bermain di tanah, asalkan menggunakan alas kaki agar tidak dimasuki cacing yang dapat membuat sakit. Sesudah main, tangannya yang kotor kan bisa dicuci," ujar dokter spesialis anak ini.


DUA SISTEM KEKEBALAN


Sistem kekebalan tubuh sebenarnya merupakan hasil kerja sama berbagai organ, jaringan tubuh, sel, dan molekul yang secara keseluruhan melindungi tubuh dari serangan berbagai "musuh". Untuk menjelaskan secara gamblang, Wati membagi sistem kekebalan tubuh menjadi dua bagian, yaitu sistem kekebalan tubuh lini pertama dan sistem kekebalan tubuh lini kedua.


Sebagai gambaran sederhana, sistem ini dapat diibaratkan sebagai barikade yang berjuang mati-matian memproteksi tubuh. Barikade terdepan, yaitu sistem kekebalan lini pertama, sudah dimiliki setiap manusia sejak lahir. Misalnya, kulit, asam lambung, sel berbulu getar di permukaan saluran napas, selaput lendir di saluran napas dan saluran cerna, serta kuman-kuman jenis tertentu yang hidup di kulit dan di dalam usus.


Begitu bibit penyakit (patogen) menyerang, barikade terdepan mulai mengadakan pertahanan. Kulit, misalnya, akan mengeluarkan penghalang kimiawi, seperti keringat dan cairan kelenjar minyak yang bersifat asam serta mengandung enzim penghancur. Patogen yang menyusup melalui saluran napas, saluran cerna, atau saluran kemih akan dihadang oleh selaput lendir yang kental dan lengket hingga akhirnya terperangkap. Selanjutnya, patogen-patogen tersebut dihancurkan oleh berbagai zat kimia yang dikerahkan sistem kekebalan tubuh.
Contoh lainnya, patogen yang masuk ke saluran cerna sebagian besar akan dihancurkan oleh asam lambung. Yang masih selamat kemudian akan dihancurkan oleh basa dan enzim di usus halus. Di saluran napas, jasad renik yang merupakan bibit penyakit akan dihadang bulu getar. Kalau ada yang berhasil masuk ke tenggorok, mereka akan ditelan atau dibatukkan keluar.


Walau terlihat kuat, barrier pertama yang bersifat fisik ini tetap bisa ditembus. Misalnya kalau kulit robek atau terluka dan jumlah bibit penyakitnya sangat banyak. Sistem kekebalan lini pertama juga bisa tak berdaya kalau sifat bibit penyakit ini sangat virulen alias ganas.


Nah, kalau sampai sistem kekebalan primer kebobolan atau ada bibit penyakit yang berhasil lolos dari hadangannya, maka giliran sistem kekebalan sekunderlah yang bekerja. Pertahanan lini kedua ini terdiri atas sel-sel khusus (sel-sel darah putih) yang keberadaannya pun sudah dibawa sejak lahir. Bedanya, dia baru bekerja saat dibutuhkan."Oleh karena itulah sistem kekebalan ini disebut juga sebagai sistem kekebalan adaptif. Ia melawan patogen melalui pembentukan antibodi dan dengan menghancurkan sel yang berhasil disusupi patogen," kata Wati.


Sistem kekebalan sekunder ini memiliki karakteristik berupa memori, spesifik, dan keberagaman. Contohnya, jika anak sembuh dari suatu penyakit menular, kemungkinan besar ia tidak akan mengalami lagi infeksi yang sama karena sel memori bisa mengenali patogen yang menyerang kembali. Tubuh jadi paham betul bagaimana menangkal musuh yang sama. Bersamaan dengan itu, sel memori akan "menggerakkan" sel-sel lain dalam sistem kekebalan untuk memusnahkannya.


Namun, jangan langsung menganggap sistem kekebalan sekunder ini sebagai sistem sakti yang bisa selalu melawan bibit penyakit. Alasannya, kekebalan terhadap satu penyakit menular, tidak langsung disertai kekebalan terhadap penyakit menular lainnya. Inilah yang dimaksud dengan karakteristik spesifik. Sedangkan yang dimaksud dengan keberagaman adalah tubuh bisa mengembangkan kekebalan terhadap satu sumber penyakit yang menimbulkan berbagai jenis penyakit.


TIDAK 100 % MELINDUNGI


Yang perlu disadari, seperti dikatakan Wati, dua lapis barikade ini tidak dapat 100 persen melindungi tubuh dari bibit penyakit. Bila sistem kekebalan kalah tempur, tubuh akan sakit.


Pertanyaan selanjutnya adalah, dalam kondisi bagaimana barikade-barikade tersebut bisa tertembus patogen? Salah satunya, saat daya tahan tubuh anak sedang menurun. Faktor penyebabnya antara lain, kondisi tubuh yang terlalu lelah, pola makan yang buruk, kurang berolahraga, bibit penyakit yang menyerang sangat berbahaya, atau serangannya terjadi secara bertubi-tubi. Namun biasanya kondisi kalah tempur ini terjadi singkat saja, kok. "Jadi, sakit dalam hitungan hari itu wajar. Seperti halnya mobil, kondisinya juga tidak akan prima terus," tandas Wati.

Jangan lupa, sebagian besar infeksi virus memiliki sifat self limiting desease atau akan sembuh sendiri. Biasanya dalam 3-4 hari. Selebihnya seperti infeksi virus hepatitis B yang diperoleh pada usia sangat dini, virus hepatitis C, dan HIV tidak akan sembuh sendiri. Sistem kekebalan juga bisa rentan, tapi sedikit sekali orang yang dilahirkan dengan gangguan sistem kekebalan permanen (immune deficiency syndrome).


Kesimpulannya, menjaga kebersihan itu tetap penting untuk menangkal segala macam penyakit. Bukankah pencegahan lebih baik ketimbang pengobatan. Ajaklah anak menjaga kebersihan dengan mencuci tangan secara benar. Hal ini akan membawa dampak positif dalam mencegah atau mengurangi penularan penyakit infeksi.


Pola hidup sehat dengan cara memberikan makanan bergizi kepada anak adalah syarat wajib untuk membangun sistem kekebalan yang kuat. Tanamkan juga kebiasaan berolahraga secara teratur. Beritahu anak agar menyisihkan cukup waktu untuk beristirahat. Yang tak kalah penting, sistem kekebalan dapat dibangun secara efektif melalui imunisasi. Cara ini juga dapat memotong rantai penularan penyakit.



ANTIBIOTIK PENGARUHI KEKEBALAN TUBUH


Secara tidak langsung, antibiotik berpengaruh pada kekebalan tubuh anak. Pemakaian yang tidak tepat akan membuat daya tahan tubuhnya jadi rentan.


Saat masuk ke dalam tubuh, antibiotik tidak hanya akan membasmi bibit penyakit tapi juga kuman-kuman lain yang "baik". Padahal kuman-kuman ini merupakan bagian dari sistem kekebalan yang menjaga keseimbangan agar kuman jahat tak bisa tumbuh subur. Konsumsi antibiotik yang terlalu banyak juga akan mengakibatkan kuman jadi resisten sehingga membuat anak jadi lebih sering sakit.


PERLUKAH SUPLEMEN UNTUK DAYA TAHAN TUBUH?


Kini banyak iklan yang menggaungkan khasiat produk suplemen atau multivitamin demi meningkatkan kekebalan tubuh anak. Beberapa orang tua pun beranggapan bahwa suplemen multivitamin bisa membuat anaknya jauh dari sakit-sakitan seperti batuk-pilek. Padahal menurut Wati, produk-produk tersebut sampai saat ini tidak terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk suplemen atau multivitamin yang berharga relatif mahal. "Daya tahan tubuh anak terhadap infeksi virus flu akan menguat sejalan dengan bertambahnya usia. Jadi tidak ada hubungan dengan suplemen atau multivitamin."


Jadi, lanjut Wati, hendaknya orang tua tak perlu khawatir berlebihan bahwa daya tahan tubuh anaknya lemah. Karena sebetulnya, tubuh sudah dikaruniai sistem kekebalan yang luar biasa oleh Tuhan. "Apakah ada produk buatan manusia yang bisa menyamai pemberian-Nya? Please be rational and be wise. Tugas kita adalah memelihara anak dengan menjalankan pola hidup sehat; pola hidup yang berimbang," tandas Wati.


RAGAM CARA PENULARAN PENYAKIT


Dari ribuan kuman, bakteri, dan virus yang sudah berhasil diidentifikasi, hanya sejumlah kecil saja yang bisa menimbulkan penyakit, terutama yang patogen. Mekanisme penularan yang paling sering terjadi yaitu melalui beberapa organ tubuh, sebagai berikut:


* Saluran napas (dengan cara inhalasi atau terhirup). Ditularkan oleh penderita melalui semburan cairan yang keluar saat penderita batuk atau bersin.


* Saluran cerna (dengan cara tertelan). Patogen yang keluar melalui tinja bisa mencemari makanan dan minuman yang kemudian dimakan. Penularan ini disebut fecal-oral atau dari tinja ke mulut.


* Kontak langsung. Patogen ditularkan melalui jabatan tangan atau ciuman.


* Kulit, selaput lendir (inokulasi). Kuman-kuman jahat bisa masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir yang koyak. Misalnya karena luka operasi, transfusi, tato, tindik dan lain-lain.


* Plasenta. Beberapa penyakit menular ibu dapat ditularkan melalui plasenta ke janin. Umpamanya, Hepatitis B, HIV, Rubella dan lain-lain.


SUMBER PENYEBAB PENYAKIT


Umumnya, penyakit yang paling sering menyerang bayi dan anak adalah flu, selesma (influenza), dan diare. Sumber penyakit (infeksi) tersebut bisa berasal dari luar maupun dalam tubuh. Terbanyak berasal dari luar tubuh atau yang disebut infeksi eksogen. Sumber infeksi tersebut antara lain:


* Manusia


Sumber ini paling sering terjadi. Seseorang yang tengah menderita suatu penyakit menular dapat menyebarkan patogennya pada orang lain. Penularannya bisa saat si penderita belum menunjukkan gejala sakit tapi kuman sudah masuk ke dalam tubuh, misalnya hepatitis A. Namun penularan lebih sering terjadi saat di tengah-tengah rentang sakitnya, seperti batuk rejan. Ada juga penyakit yang ditularkan setelah penderita menunjukkan kesembuhan, misal demam tifus. Namun ada cara penularan "tersembunyi". Contohnya hepatitis B yang bercokol untuk jangka waktu lama, tanpa menimbulkan gejala, tapi si penderita potensial menulari orang lain.


* Binatang


Penularan dari binatang ke manusia bisa terjadi seperti oleh rotavirus sehingga manusia berisiko mengalami infeksi tertentu. Produk binatang seperti susu, daging, juga dapat menjadi sumber penularan penyakit infeksi tertentu. Ini karena pengolahan yang tak baik atau terkontaminasi.


* Gigitan serangga atau nyamuk


Penyebaran penyakit menular bisa terjadi lewat perantara nyamuk seperti pada penyakit malaria dan demam berdarah.


* Tanah


Tanah mengandung jasad renik dalam jumlah yang sangat besar. Sebagian besar tak membahayakan tapi ada pula yang dapat mengancam jiwa. Misalnya, kuman penyebab tetanus. Udara dan debu juga bisa terkontaminasi jasad renik dari berbagai sumber.


* Makanan dan minuman


Makanan dan minuman sangat mudah terkontaminasi patogen bila diolah oleh orang yang tengah menderita suatu penyakit menular. Penyakit tifus (suatu infeksi kuman) dan hepatitis A (suatu infeksi virus) bisa ditularkan melalui makanan dan minuman. Oleh karena itu, risiko penularan penyakit menular ini akan meningkat pada kondisi sanitasi dan higiene yang buruk.


* Barang sehari-hari seperti handuk, pakaian, dan peralatan makan


Barang-barang yang dipakai penderita suatu penyakit infeksi dapat menularkannya pada orang lain yang memakainya.


Dedeh Kurniasih. Ilustrator: Pugoeh


No comments: